Ketika pemerintah di kawasan Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN mengukur ulang dampak panjang pandemi Covid-19, sederet investor swasta berfokus pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Satu-satu masuk ke ASEAN, memungkinkan tenaga surya mengambil tempat yang lebih menonjol dalam pembangunan hijau skala regional.
Bulan lalu, Singapura menyelesaikan pembangunan salah satu ladang energi surya terapung terbesar sedunia. Terletak di Selat Johor, sebelah barat Singapura, PLTS ditopang lebih dari 13 ribu panel. Puluhan ribu panel tersebut terhampar di lebih dari lima hektare pelampung yang berkapasitas 5 megawatt (MW). PLTS dibangun perusahaan pengembang tenaga surya Sunseap Group.
PLTS terapung merupakan solusi terbaru Singapura untuk mengatasi kelangkaan lahan pembangkit listrik. Selain PLTS terapung, Singapura juga memperluas instalasi panel surya hingga ke atap bus. Instalasi merupakan bagian dari target pemasangan PLTS berkapasitas 2 gigawatt (GW) pada 2030.
Sebelumnya pada Maret 2020, PT Sky Energy Indonesia, Tbk. dan PT Quint Solar Indonesia membangun PLTS terapung bifacial pertama di Indonesia. PLTS berkapasitas 10 ribu watt peak (WP) itu mengapung di atas permukaan danau yang berada dalam kompleks Universitas Indonesia.
Sementara Temasek Holdings Pte., salah satu pengelola kekayaan terbesar sedunia berbasis Singapura, membentuk kemitraan dengan BlackRock Inc. Keduanya menyepakati investasi sebesar US$600 juta dalam pembangunan PLTS di kawasan ASEAN. “Modal swasta diperlukan untuk memberikan kesempatan bagi energi hijau untuk terkomersialisasi. Sehingga, harganya bisa berada di bawah energi non-hijau,” kata CEO Temasek, Dilhan Pillay Sandrasegara seperti dikutip dari Bloomberg.
Investor energi publik terbesar secara keseluruhan di kawasan Asia, misalnya bank-bank milik negara di Cina, Jepang dan Korea Selatan, dianggap lambat mendukung energi terbarukan. Antara 2009 dan 2019, tiga bank milik negara itu menginvestasikan US$9,1 miliar untuk energi surya dan angin. Delapan kali lipat dari jumlah itu dialirkan ke dalam proyek batu bara dan gas.
Di Indonesia, kolaborasi antarpemerintah tampak dalam kesepakatan pembangunan PLTS terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pembangunan yang dimulai tahun ini bakal menjadi yang terbesar di Asia, sekaligus menandai PLTS terapung pertama di Indonesia. PLTS merupakan 1 dari 16 kesepakatan energi terbarukan antara Indonesia dan Uni Emirat Arab.