Negara G20 Harus Pimpin Transisi Energi Terbarukan

10 October 2022

-

Admin

Negara G20 Harus Pimpin Transisi Energi Terbarukan

Dalam laporan Climate Group bertajuk “Ambition on Renewables in the G20” disebutkan bahwa negara-negara G20 menghasilkan hampir 80% emisi gas rumah kaca (GRK) global yang berkaitan dengan energi. Artinya, negara-negara ekonomi besar dunia ini memiliki tanggung jawab untuk bergerak mengatasi krisis iklim dan memimpin transisi energi.

 

Namun, nyatanya, 7 dari 10 pasar yang menantang bagi perusahaan untuk menggunakan energi terbarukan justru merupakan anggota G20, yakni Argentina, Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Rusia, dan Arab Saudi. Padahal, gerakan RE100 telah berhasil menggaet 380 pelaku bisnis global dengan komitmen listrik energi terbarukan 100%. RE100 adalah inisiatif energi terbarukan perusahaan global untuk menghimpun pelaku bisnis besar dan ambisius yang berkomitmen menggunakan listrik energi terbarukan 100%.

 

Presidensi G20 Indonesia telah menetapkan transisi energi berkelanjutan sebagai salah satu isu prioritas. Untuk memastikan kesuksesan presidensi ini, Indonesia perlu menjadi yang terdepan dalam hal transisi energi terbarukan. “Sangat penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan dengan berinvestasi di sumber energi yang lebih masuk akal untuk perekonomian dan keberlanjutan jangka panjang,” demikian dikutip dari laporan tersebut.

 

Akan tetapi, terdapat sejumlah faktor yang membuat Indonesia tidak menarik bagi investasi energi terbarukan. Beberapa penyebab ini adalah biaya investasi yang tinggi untuk proyek energi terbarukan, regulasi yang menghambat, pendanaan hijau yang terbatas, dan kurangnya insentif yang mempermudah perusahaan memperoleh pendanaan. Sejauh ini, Indonesia berkomitmen meningkatkan porsi energi terbarukannya menjadi 23% pada 2025 dan mencapai 51% pada 2030.

 

“Menetapkan target energi terbarukan yang lebih ambisius dalam bauran energi, disertai peta jalan dan investasi, menjadi sangat penting bagi langkah Indonesia menjauh dari bahan bakar fosil,” sebagaimana disebutkan dalam laporan ini.

 

Laporan ini menemukan bahwa target energi terbarukan yang ambisius akan menghasilkan progres yang lebih baik dan iklim investasi yang menarik bagi perusahaan untuk hasilkan energi terbarukan di negara G20. Dengan mengubah kebijakan dan infrastruktur energi, menyediakan pendanaan yang memadai, banyak negara di dunia yang bisa meningkatkan daya saingnya secara signifikan agar perusahaan mengembangkan energi terbarukan.

 

“Tidak hanya terbatas pada industri energi, setiap sektor pemerintah perlu menunjukkan seberapa serius mereka melakukan dekarbonisasi,” demikian diungkapkan dalam laporan tersebut.

Tingkat kapasitas dan target energi terbarukan negara anggota G20 dan cara mencapai target pembatasan pemanasan global 1,5°C.

Related article

Energi Terbarukan, Jalan Keluar dari Polemik Tarif Listrik

Energi Terbarukan, Jalan Keluar dari Polemik Tarif Listrik

04 July 2022

footer yayasan