Setahun Kepresidenan Prabowo dan Ambisi 100% Energi Terbarukan

21 Oktober 2025

-

Admin CERAH

Setahun Kepresidenan Prabowo & Ambisi 100% Energi Terbarukan

Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mewarisi lanskap energi nasional yang berada dalam fase transisi ketika dilantik pada 20 Oktober 2024. Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil, khususnya batu bara, untuk penyediaan listrik, di tengah dorongan untuk mempercepat peningkatan energi terbarukan dan penurunan emisi. Pemerintahan Prabowo telah menyatakan ambisi yang kuat, seperti target 100% energi terbarukan dalam 10 tahun ke depan dan menghentikan penggunaan batu bara dalam 15 tahun, yang akan dibarengi dengan penambahan 75 GW kapasitas energi terbarukan. Ambisi ini sejalan dengan visi "Indonesia Emas 2045" yang menempatkan swasembada energi dan penguatan ekonomi hijau sebagai pilar.

Namun, terlepas dari pernyataan publik yang ambisius, terdapat inkonsistensi yang signifikan dalam dokumen-dokumen perencanaan ketenagalistrikan yang terbit dalam setahun terakhir. Misalnya, revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) melalui Peraturan Pemerintah (PP) 40/2025 justru memundurkan target bauran energi terbarukan dari 23% pada 2025 menjadi 19%-23% pada 2030, dan masih memproyeksikan penggunaan energi fosil hingga tahun 2060. Dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 juga menunjukkan penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 30,4 GW baru akan terjadi secara signifikan pada lima tahun kedua (2029-2034), setelah tahun Pemilu Presiden 2029.

Perbedaan target bauran energi terbarukan antara KEN (19%-23% pada 2030) dengan RUKN (29,4% pada 2034) dan RUPTL (34,3% pada 2034) juga menimbulkan kebingungan bagi pelaku industri dan investor. Pemerintahan Prabowo juga masih memperpanjang umur energi fosil melalui "solusi palsu" seperti rencana untuk merealokasi PLTU batu bara dengan teknologi penangkapan karbon (CCS) atau melalui co-firing dengan biomassa, sebuah praktik yang belum terbukti secara signifikan dapat menurunkan emisi dan berpotensi memicu deforestasi. Inkonsistensi ini menciptakan pertanyaan krusial: Apakah Indonesia benar-benar akan mengakselerasi transisi energi, ataukah ketergantungan pada energi fosil masih akan dipertahankan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo?

Unduh ringkasan kebijakan ini untuk memahami secara mendalam ambisi energi Presiden Prabowo dan bagaimana inkonsistensi kebijakan dapat menghambat pencapaian target dekarbonisasi Indonesia.

Detail Publikasi

Dipublikasikan: 21 Oktober 2025

Publikasi Terkait

Ilustrasi pekerja sedang memasang panel surya. (sumber: istockphoto.com)

Survei: Pekerjaan Hijau Menarik bagi Mahasiswa

Sebuah survei baru-baru ini mendapati, mayoritas responden mahasiswa (71%) yakin pekerjaan hijau memberi peluang menarik bagi mereka. 98% Responden mahasiswa se...

26 Oktober 2023

Mengenal Green Recovery untuk Atasi COVID-19

Mengenal Green Recovery untuk Atasi COVID-19

Komunitas internasional menyerukan langkah pemulihan ekonomi hijau sebagai upaya terbaik mengatasi krisis COVID-19.

29 Januari 2021

Satu Dekade Presiden Jokowi: Analisis Regulasi dan Transisi Energi Indonesia 2014-2024

Analisis Regulasi dan Transisi Energi Indonesia 2014-2024

Satu Dekade Presiden Jokowi: Analisis Regulasi dan Transisi Energi Indonesia 2014-2024

26 Juli 2024

footer yayasan