Sektor energi saat ini merupakan sumber utama lapangan kerja secara global, dan kontributor besar di sejumlah wilayah, menurut laporan International Energy Agency (IEA). Kita juga tahu, transisi ke energi terbarukan mengantarkan era baru bagi penciptaan lapangan kerja di seluruh dunia.
Jika mengikuti jalur nol emisi bersih pada 2050, transisi ke energi terbarukan akan menciptakan 14 juta lapangan kerja baru yang terkait dengan teknologi energi terbarukan, mengalihkan sekitar 5 juta pekerja dari bahan bakar fosil, dan membutuhkan keterampilan serta pelatihan tambahan untuk sedikitnya 30 juta karyawan di seluruh dunia.
Untuk mendukung upaya setiap negara menyiapkan para pekerja bertransisi ke energi terbarukan, IEA merilis laporan terbaru yang merupakan studi kasus atas program pengembangan keterampilan tenaga kerja untuk transisi energi. Studi kasus ini mencakup perencanaan tenaga kerja dan program pengembangan keterampilan di bawah lima kategori yaitu (1) pelatihan keterampilan energi terbarukan; (2) pelatihan ulang bagi pekerja sektor batu bara; (3) pelatihan ulang pekerja di sektor migas dan otomotif; (4) program akademik dan perusahaan; (5) program keterampilan yang menargetkan anak muda, perempuan, dan masyarakat terpinggirkan.
Belajar dari Negara Asia
Untuk pelatihan keterampilan sektor energi terbarukan, India mendirikan Skill Council for Green Jobs (SCGJ) pada Oktober 2015 di bawah Kementerian Pengembangan Keterampilan dan Kewirausahaan. Mengutip laporan IEA, “SCGJ fokus pada tiga area kerja yaitu energi terbarukan; lingkungan, hutan, dan perubahan iklim; serta pembangunan berkelanjutan yang mencakup bisnis hijau.”
Memberikan pelatihan kepada para pekerja di sektor energi terbarukan sama pentingnya dengan menyediakan program pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan untuk pekerja di sektor batu bara. Berdasarkan analisis IEA, sektor batu bara–yang relatif padat karya–mempekerjakan sekitar 6,3 juta pekerja, terkonsentrasi di kawasan Asia Pasifik, tempat sebagian besar produksi batu bara saat ini berlangsung.
Dalam rencana lima tahunan ke-13 (2016-2020), Kementerian Keuangan China menyiapkan Industrial Special Fund untuk mengucurkan CNY 100 miliar (sekitar 14 miliar Euro) untuk relokasi pekerja terlantar di sektor batu bara dan baja. Pemerintah Provinsi Shanxi, wilayah penghasil batu bara terbesar di China, menjanjikan CNY 2,2 miliar untuk mendukung transfer pekerjaan, pelatihan ulang, pensiun dini, dan penciptaan pekerjaan layanan publik.
Di negara Asia Tenggara, Filipina memiliki Green Jobs Act tahun 2016 yang merupakan bagian utama dari undang-undang yang mengidentifikasi kebutuhan keterampilan, pengembangan program pelatihan, dan melatih serta melakukan sertifikasi pekerja di berbagai industri yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan transisi ke ekonomi hijau. Pemerintah Indonesia perlu mempelajari bagaimana program tersebut dilakukan di tiga negara Asia, untuk selanjutnya berkolaborasi dengan industri dan pekerja merancang pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi pekerja di dalam negeri.