Paperless Office untuk Reduksi Emisi: Peran Tools Digital

15 Desember 2025

-

Guest Post

Reduksi Emisi Karbon lewat Paperless Office

Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060, dengan fokus besar pada transisi energi terbarukan dan pengurangan emisi di sektor transportasi. Namun, ada satu kontributor emisi yang sering luput dari perhatian: konsumsi kertas.

Data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mencatat konsumsi kertas per kapita Indonesia mencapai 32 kilogram per tahun, dengan kapasitas produksi nasional 20,86 juta ton pada 2024.

Produksi kertas menghasilkan emisi karbon substansial. Penelitian dari North Carolina State University menunjukkan satu ton kertas menghasilkan rata-rata 942 kilogram emisi CO2 sepanjang siklus produksinya, mulai dari penebangan pohon hingga proses manufaktur yang intensif energi.

Solusi praktis seperti Ubah JPG ke PDF memungkinkan organisasi mendigitalisasi dokumen tanpa perlu mencetak, memberikan kontribusi nyata dalam reduksi emisi. Di tengah urgensi aksi iklim, paperless office bukan lagi sekadar tren efisiensi operasional, melainkan langkah konkret dalam strategi mitigasi perubahan iklim.

Paradoks Digital: Infrastruktur Ada, Adopsi Masih Rendah

Meski infrastruktur digital semakin mudah diakses, adopsi paperless office di Indonesia belum optimal. Konsumsi kertas per kapita Indonesia sebesar 32 kilogram per tahun masih menunjukkan ketergantungan signifikan pada dokumen cetak untuk keperluan administrasi, materi rapat, dan dokumentasi.

Budaya "legitimasi dokumen harus tercetak" masih mengakar kuat, terutama di instansi pemerintah dan organisasi tradisional.

Ketergantungan pada kertas ini menciptakan dampak berlapis. Secara lingkungan, produksi kertas membutuhkan sumber daya alam dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi yang terukur.

Dengan kapasitas produksi nasional mencapai 20,86 juta ton per tahun dan kontribusi ekspor USD 8,28 miliar pada 2023, industri pulp dan kertas Indonesia memang vital bagi perekonomian nasional. Namun, pertanyaan pentingnya: apakah semua konsumsi kertas ini benar-benar diperlukan, terutama untuk dokumen yang hanya digunakan sekali lalu dibuang?

Paperless Office: Aksi Iklim yang Terukur

Paperless office adalah praktik meminimalkan penggunaan kertas dengan mengalihkan proses dokumen ke format digital. Ini bukan berarti tanpa kertas secara mutlak, tetapi tentang menggunakan kertas hanya untuk kebutuhan yang benar-benar esensial.

Transisi ini membawa berbagai manfaat: reduksi emisi karbon, penghematan biaya operasional, efisiensi alur kerja, dan peningkatan aksesibilitas dokumen.

Dari perspektif aksi iklim, dampaknya terukur. Dengan rata-rata emisi sekitar 1 kilogram CO2 per kilogram kertas yang diproduksi, setiap reduksi konsumsi kertas berkontribusi langsung pada penurunan emisi.

Jika 1.000 kantor di Indonesia dengan rata-rata 100 karyawan masing-masing mengurangi konsumsi kertas 50%, potensi reduksi emisi bisa mencapai ribuan ton CO2 per tahun—setara dengan menanam puluhan ribu pohon.

Alat Digital sebagai Pendukung Transisi

Transisi ke paperless office membutuhkan ekosistem digital yang mendukung. Salah satu hambatan terbesar adalah mengelola dokumen yang sudah ada dalam bentuk pemindaian atau foto. 

Banyak organisasi memiliki arsip penting dalam format JPG dari hasil pemindaian atau foto dokumen, namun kesulitan mengintegrasikannya ke dalam sistem digital yang lebih terstruktur.

Mengubah format JPG ke PDF tidak hanya soal teknis, tetapi tentang menciptakan standarisasi dokumen digital yang universal, aman, dan mudah dikelola.

Format PDF memungkinkan dokumen tetap terlihat konsisten di berbagai perangkat, dapat diberi perlindungan kata sandi, dan lebih ringan untuk dibagikan via email atau penyimpanan cloud dibanding berbagai file gambar terpisah.

Platform desain seperti Canva kini menyediakan fitur Ubah JPG ke PDF yang memudahkan proses konversi tanpa memerlukan perangkat lunak khusus.

Fitur ini sangat berguna untuk berbagai kebutuhan: mengompilasi pindaian invoice menjadi satu file PDF untuk akuntansi, mengubah foto dokumentasi proyek menjadi laporan digital yang rapi, atau mengarsipkan dokumen lama dalam format yang lebih berkelanjutan.

Cara Mengubah JPG ke PDF di Canva

Proses digitalisasi dokumen kini semakin mudah dengan alat daring yang mudah digunakan:

  1. Akses fitur konversi JPG ke PDF melalui peramban. Tidak perlu instalasi aplikasi tambahan atau keahlian teknis khusus.

  2. Unggah file JPG yang ingin dikonversi. Anda bisa mengunggah satu file atau beberapa file sekaligus untuk menggabungkan berbagai gambar menjadi satu dokumen PDF.

  3. Jika mengunggah beberapa gambar, atur urutan halaman sesuai kebutuhan. Anda juga bisa melakukan penyuntingan sederhana seperti memotong atau mengubah ukuran jika diperlukan.

  4. Klik tombol konversi. Proses biasanya hanya membutuhkan beberapa detik. Setelah selesai, unduh file PDF yang siap digunakan untuk keperluan profesional.

Alat seperti ini menurunkan hambatan teknis untuk adopsi paperless, terutama bagi UMKM dan organisasi dengan sumber daya IT terbatas. File hasil konversi memiliki kualitas yang terjaga, ukuran optimal untuk dibagikan, dan format yang kompatibel dengan semua platform digital.

Kebijakan SPBE: Landasan yang Belum Optimal

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah memiliki landasan kebijakan digital melalui Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). UN E-Government Survey 2024 menempatkan Indonesia di peringkat 64 dari 193 negara, dengan SPBE national index 3,12 (kategori "Baik"), menunjukkan kemajuan dalam transformasi digital pemerintahan.

Namun, implementasi di lapangan masih tidak konsisten. Banyak instansi yang sudah menggunakan sistem digital tetapi tetap mewajibkan cetakan sebagai "arsip resmi"—kontradiksi yang mencerminkan kesenjangan antara kebijakan dan budaya organisasi.

Yang lebih problematis, belum ada insentif jelas untuk mendorong adopsi paperless di sektor swasta. Kebijakan pengadaan hijau belum kuat menegakkan pengurangan kertas, dan tidak ada kewajiban pelaporan jejak karbon untuk operasional kantor.

Dalam konteks Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, Enhanced NDC yang disampaikan pada September 2022 menetapkan target penurunan emisi sebesar 31,89% (tanpa syarat) hingga 43,20% (dengan syarat) pada 2030.

Meski sektor operasional kantor jarang masuk dalam perhitungan emisi prioritas, dampak kumulatif dari paperless office di jutaan pegawai sektor formal bisa memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target ini.

Langkah Konkret Menuju Paperless

Organisasi dapat memulai dengan audit konsumsi kertas, menetapkan baseline, dan membuat peta jalan bertahap. 

Mulai dari langkah mudah seperti rapat tanpa kertas dan alur persetujuan digital, sebelum bergerak ke dokumentasi yang lebih kompleks. Pelatihan dan manajemen perubahan terstruktur penting untuk memastikan seluruh tim terlibat dalam transisi ini.

Pemerintah perlu memperkuat implementasi SPBE dengan penegakan yang lebih konsisten, memberikan insentif fiskal untuk organisasi yang menerapkan kantor hijau, dan mewajibkan pelaporan jejak karbon yang mencakup operasional kantor. 

Investasi dalam infrastruktur digital, terutama di daerah juga krusial untuk memastikan transisi yang inklusif dan tidak memperdalam kesenjangan digital.

Di level individual, kita bisa mulai dengan pertanyaan sederhana sebelum mencetak: "Apakah ini benar-benar perlu dicetak?" Pilih berbagi secara digital sebagai opsi utama, dukung perusahaan yang ramah paperless, dan advokasi untuk kebijakan paperless di tempat kerja masing-masing.

Saatnya Bertindak

Paperless office bukan solusi instan untuk krisis iklim, tetapi merupakan langkah praktis yang dapat diambil segera dengan teknologi yang sudah tersedia.

Dalam konteks Indonesia yang berpacu dengan target emisi nol bersih 2060, setiap sektor memiliki peran penting, termasuk yang sering dianggap "kecil" seperti konsumsi kertas di kantor-kantor.

Alat digital sudah mudah diakses, manfaatnya sudah terukur, dan regulasi dasar sudah ada. Yang dibutuhkan adalah komitmen kolektif untuk implementasi: dari kebijakan pemerintah yang konsisten, investasi organisasi dalam transformasi digital, hingga kesadaran individu dalam praktik sehari-hari.

Ambil langkah pertama hari ini: digitalisasi dokumen-dokumen penting, kurangi ketergantungan pada kertas, dan jadilah bagian dari solusi aksi iklim Indonesia. Tidak ada alasan untuk menunda, saatnya bergerak dari wacana ke aksi nyata untuk transisi hijau yang berkelanjutan.

Artikel Terkait

Pandemi, Perintis Jalan menuju Ekonomi yang Lebih Hijau

Pandemi, Perintis Jalan menuju Ekonomi yang Lebih Hijau

31 Maret 2021

footer yayasan